SEJARAH SINGKAT DESA SINGKUP


DI daerah Kabupaten Kuningan, sebenarnya ada dua nama Desa Singkup, yakni Desa Singkup di wilayah Kecamatan Japara dan Kecamatan Pasawahan. Yang dimaksud Desa Singkup dalam tulisan ini, yakni Desa Singkup Kecamatan Pasawahan, yang mulai berdiri pada tahun 1985 sebagai pamekaran dari Desa Paniis Kecamatan Pasawahan.
Desa Singkup, punya luas wilayah 235,814 hektar, dengan penduduk kurang lebih 1550 jiwa (457 KK). Secara geografis desa ini sebelah utara berbatasan dengan Desa Cidahu, sebelah selatan Desa Cibuntu, sebelah barat Desa Pasawahan dan sebelah timur berbatasan dengan Desa Paniis .Kecamatan Pasawahan.
Setelah terbentuk menjadi desa, daerah ini tidak langsung punya Kepala Desa (Kuwu) depinitif, namun dijabat oleh Pjs. Kepala Desa yakni Marta (1982-1985). Setelah itu, baru dipimpin oleh kuwu depinitif yakni Oka Sutisna (1985-1993). Selanjutnya diganti oleh Wana Supriatna (1993-2003), kemudian dilanjutkan oleh Kades E. Rustiah.
Untuk menggambarkan perkembangan sejarah Desa Singkup, tentu saja tidak bisa dipisahkan dengan nama Ki Buyut Mangun Tapha, asal daerah Dermayu (sekarang Indramayu) yang datang bersama Kuwu Cirebon sekira pada tahun 1075, yang punya maksud untuk melakukan tapa brata di sekitar Gunung Ciangkup (Singkup).
Namun demikian, dalam melaksanakan tapanya tidak bersama-sama di satu tempat melainkan terpisah di dua tempat. Sementara, Ki Buyut Mangun Tapha melakukan tapa di Gunung Ciangkup (Bena Langit), sedangan Kuwu Cirebon tapanya di Gunungdunya, yang sekarang dikenal daerah Mangunjaya, sekitar Gunung Singkup .
Setelah sekian lama melakukan tapa di Gunung Ciangkup, Ki Buyut Mangun Tapha tidak lagi pulang ke Dermayu, namun selanjutnya menetap tinggal di daerah tersebut sampai punya anak atau keturunan.
Sebut saja anak Eyang Mangun Tapha itu diantaranya saja Eyang Buyut Samsudin, Eyang Buyut Warak, Eyang Ringgit, yang setelah dewasa masing-masing mereka membuat tempat tinggal di tiga tempat atau blok, yakni Eyang Buyut Samsudin membuat tempat tinggal yang sekarang merupakan sebuah perkampungan yang lebih dikenal Dusun atau Blok Tarikolot.
DI daerah Kabupaten Kuningan, sebenarnya ada dua nama Desa Singkup, yakni Desa Singkup di wilayah Kecamatan Japara dan Kecamatan Pasawahan. Yang dimaksud Desa Singkup dalam tulisan ini, yakni Desa Singkup Kecamatan Pasawahan, yang mulai berdiri pada tahun 1985 sebagai pamekaran dari Desa Paniis Kecamatan Pasawahan. Desa Singkup, punya luas wilayah 235,814 hektar, dengan penduduk kurang lebih 1550 jiwa (457 KK). Secara geografis desa ini sebelah utara berbatasan dengan Desa Cidahu, sebelah selatan Desa Cibuntu, sebelah barat Desa Pasawahan dan sebelah timur berbatasan dengan Desa Paniis .Kecamatan Pasawahan. Setelah terbentuk menjadi desa, daerah ini tidak langsung punya Kepala Desa (Kuwu) depinitif, namun dijabat oleh Pjs. Kepala Desa yakni Marta (1982-1985). Setelah itu, baru dipimpin oleh kuwu depinitif yakni Oka Sutisna (1985-1993). Selanjutnya diganti oleh Wana Supriatna (1993-2003), kemudian dilanjutkan oleh Kades E. Rustiah. Untuk menggambarkan perkembangan sejarah Desa Singkup, tentu saja tidak bisa dipisahkan dengan nama Ki Buyut Mangun Tapha, asal daerah Dermayu (sekarang Indramayu) yang datang bersama Kuwu Cirebon sekira pada tahun 1075, yang punya maksud untuk melakukan tapa brata di sekitar Gunung Ciangkup (Singkup). Namun demikian, dalam melaksanakan tapanya tidak bersama-sama di satu tempat melainkan terpisah di dua tempat. Sementara, Ki Buyut Mangun Tapha melakukan tapa di Gunung Ciangkup (Bena Langit), sedangan Kuwu Cirebon tapanya di Gunungdunya, yang sekarang dikenal daerah Mangunjaya, sekitar Gunung Singkup . Setelah sekian lama melakukan tapa di Gunung Ciangkup, Ki Buyut Mangun Tapha tidak lagi pulang ke Dermayu, namun selanjutnya menetap tinggal di daerah tersebut sampai punya anak atau keturunan. Sebut saja anak Eyang Mangun Tapha itu diantaranya saja Eyang Buyut Samsudin, Eyang Buyut Warak, Eyang Ringgit, yang setelah dewasa masing-masing mereka membuat tempat tinggal di tiga tempat atau blok, yakni Eyang Buyut Samsudin membuat tempat tinggal yang sekarang merupakan sebuah perkampungan yang lebih dikenal Dusun atau Blok Tarikolot. Sementara, Eyang Warak membuat tempat tinggal di daerah yang sekarang disebut Dusun atau Blok Dayeuh. Begitu pula, Eyang Ringgit membuat tempat tinggal di daerah yang kini menjadi lahan persawahan yang dikenal blok sawah Pawedusan dan ada pula yang menyebut blok Nagrog (blok Huma). *
DI daerah Kabupaten Kuningan, sebenarnya ada dua nama Desa Singkup, yakni Desa Singkup di wilayah Kecamatan Japara dan Kecamatan Pasawahan. Yang dimaksud Desa Singkup dalam tulisan ini, yakni Desa Singkup Kecamatan Pasawahan, yang mulai berdiri pada tahun 1985 sebagai pamekaran dari Desa Paniis Kecamatan Pasawahan.
Desa Singkup, punya luas wilayah 235,814 hektar, dengan penduduk kurang lebih 1550 jiwa (457 KK). Secara geografis desa ini sebelah utara berbatasan dengan Desa Cidahu, sebelah selatan Desa Cibuntu, sebelah barat Desa Pasawahan dan sebelah timur berbatasan dengan Desa Paniis .Kecamatan Pasawahan.
Setelah terbentuk menjadi desa, daerah ini tidak langsung punya Kepala Desa (Kuwu) depinitif, namun dijabat oleh Pjs. Kepala Desa yakni Marta (1982-1985). Setelah itu, baru dipimpin oleh kuwu depinitif yakni Oka Sutisna (1985-1993). Selanjutnya diganti oleh Wana Supriatna (1993-2003), kemudian dilanjutkan oleh Kades E. Rustiah.
Untuk menggambarkan perkembangan sejarah Desa Singkup, tentu saja tidak bisa dipisahkan dengan nama Ki Buyut Mangun Tapha, asal daerah Dermayu (sekarang Indramayu) yang datang bersama Kuwu Cirebon sekira pada tahun 1075, yang punya maksud untuk melakukan tapa brata di sekitar Gunung Ciangkup (Singkup).
Namun demikian, dalam melaksanakan tapanya tidak bersama-sama di satu tempat melainkan terpisah di dua tempat. Sementara, Ki Buyut Mangun Tapha melakukan tapa di Gunung Ciangkup (Bena Langit), sedangan Kuwu Cirebon tapanya di Gunungdunya, yang sekarang dikenal daerah Mangunjaya, sekitar Gunung Singkup .
Setelah sekian lama melakukan tapa di Gunung Ciangkup, Ki Buyut Mangun Tapha tidak lagi pulang ke Dermayu, namun selanjutnya menetap tinggal di daerah tersebut sampai punya anak atau keturunan.
Sebut saja anak Eyang Mangun Tapha itu diantaranya saja Eyang Buyut Samsudin, Eyang Buyut Warak, Eyang Ringgit, yang setelah dewasa masing-masing mereka membuat tempat tinggal di tiga tempat atau blok, yakni Eyang Buyut Samsudin membuat tempat tinggal yang sekarang merupakan sebuah perkampungan yang lebih dikenal Dusun atau Blok Tarikolot.
Sementara, Eyang Warak membuat tempat tinggal di daerah yang sekarang disebut Dusun atau Blok Dayeuh. Begitu pula, Eyang Ringgit membuat tempat tinggal di daerah yang kini menjadi lahan persawahan yang dikenal blok sawah Pawedusan dan ada pula yang menyebut blok Nagrog (blok Huma). *

0 komentar: